Powered By Blogger

Senin, 08 Maret 2010

OBAT KIMIA VS OBAT HERBAL

Kelemahan Obat Modern atau Obat Kimia :

a. Efek samping.
Terdapat efek samping dari obat kimia yang bisa berupa efek samping langsung maupun tidak langsung atau terakumulasi. Hal ini terjadi karena bahan kimia bersifat anorganik dan murni sementara tubuh bersifat organik dan kompleks. Maka bahan kimia bukan bahan yang benar-benar cocok untuk tubuh.
Penggunaan bahan kimia pada tubuh dianggap sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan dan digunakan secara terbatas yang dapat diterima dan ditoleransi oleh tubuh.

b. Sering kurang efektif untuk penyekit tertentu.
Beberpa penyakit memang belum ada obatnya, obat yang ada hanya bersifat simptomatik dan harus diminum seumur hidup. Beberapa penyakit belum diketahui penyebabnya. Banyak pasien secara rutin pergi ke dokter tanpa perbaikan yang signifikan bahkan semakin buruk keadaannya.

c. Harga yang mahal karena faktor impor.
Hampir semua obat kimia yang kita gunakan berasal dari luar. Hal ini terjadi karena untuk menghasilkan obat kita membutuhkan teknologi tinggi, biasa investasi yang tinggi dan waktu penelitian yang lama. Alasan lain dai impor obat adalah perlunya kepercayaan atas produsen obat. Sampai saat ini kepercayaan terutama ada pada beberapa negara yang dikenal produsen obat. Bahan mahal yang diipor terdiri dari obat jadi, bahan baku obat, bahan pengemas obat, teknologi, peralatan dan mesin-mesin, tenaga ahli dan tenaga terampil. Tingginya harga terjadi karena impor menggunakan mata uang asing yang berfluktuasi sesuai kurs dan juga membuat ketersediaan tidak menentu.


Kelebihan Obat Herbal :

a. Tidak ada efek samping jika digunakan pada dosis normal.
Hal ini terjadi karena obat herbal tersusun oleh bahan-bahan organik yang kompleks. Dengan kata lain obat herbal dapat dianggap sebagai makanan yang berarti bahan yang dikonsumsi guna memperbaiki organ atau sistem yang rusak. Kelebihan obat herbal yang digunakan tentu menyebabkan efek samping seperti halnya kelebihan makanan. Sebagai hasilnya, sebagai kuncinya, dosis yang dianjurkan untuk penggunaan herbal adalah dosis tradisional dan sedikit dikurangkan.

b. Efektif, bahkan untuk penyakit yang sulit diobati secara medis.
Berdasarkan pengalaman turun-temurun yang tertulis maupun lisan, dan kemudian dipelajari dari berbagai aspek seperti botani, kimia dan farmakologi. Pendekatan dalam penggunaan herbal ditekankan pad aspek farmakologi yang merupakan fungsi herbal tersebut dalam proses pengobatan.

c. Harga murah dan dapat ditanam sendiri.
Terutama jika kita dapat menanam sendiri dengan membuat tanaman obat keluarga (TOGA) yang meliputi tanaman untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Harga Akan meningkat jika obat herbal itu diperoleh dalam bentuk simplisia yang dikeringkan. Akan meningkat lagi jika dikonsumsi dalam bentuk the atau kapsul. Bahkan akan menjadi cukup tinggi jika dalam bentuk ekstrak.

d. Aplikasinya lebih sederhana.
Jika diagnosa sudah jelas maka pengobatan dapat dilakukan di rumah dengan bantuan anggota keluarga yang lain. Bantuan dokter dibutuhkan untuk diagnosis yang benar berdasarkan data laboratorium. Rekomendasi terapi dapat diberikan oleh dokter yang juga herbalis, tetapi perawatannya bisa di rumah oleh anggota keluarga.
Posted by Ferdi Ramdhon Nizar at 10:22 PM 0 comments
Labels: artikel
Tips Sukses Menjual Jahe Merah
Tips nomor 2 : Bawalah produk kemanapun Anda pergi

Umumnya orang lebih percaya omongan orang yang telah mencoba (pengguna) suatu produk dibandingkan omongan sales yang berusaha menjual produk yang sama. Kenapa? Tentu alasannya karena omongan orang yang telah mencoba diyakini lebih obyektif dan secara emosi dirasa hubungan yang lebih dekat (mereka berpikir akan segera menjadi bagian dari para pengguna setelah memutuskan mencoba produk, jadi tidak ada salahnya menanyakan komentar orang yang sudah lebih dulu mencoba). Komentar pengguna (yang positif) diyakini merupakan salah satu promosi marketing paling ampuh, buktinya dapat kita lihat di beberapa iklan komersil di televisi yang menampilkan komentar (positif) dari para pengguna produk yg diiklankan. "Ah, temen saya sudah coba ini, dan sepertinya bagus, saya coba juga deh."

Pak Tono, 44 tahun, seorang pengemudi taksi, alhamdulillah mampu menambah penghasilan bagi keluarganya hanya dengan membawa produk jahe merah (http://www.jahemerah.com) di taksinya. Cara promosinya cukup menaruh brosur di dalam taksinya dan sering kali juga produk ditaruh di dashboard. Hasil yang didapat cukup signifikan menambah penghasilan. Beliau bercerita pernah mendapat penumpang orang bule (asing) yang membeli jahe merahnya 3 lusin seharga 100 ribu dan menolak kembaliannya, wah rejeki banget yah. Beliau juga sering harus bolak-balik ke agen untuk mengisi lagi stok jahe merahnya karena stok 10 lusin paginya sudah habis, subhanallah.

Pak Juhri (atau mungkin Zuhri), umur sekitar 60 tahun, pensiun, kemana-mana naik sepeda. Usia pensiun tidak membuatnya jadi berdiam di rumah, malah pensiunan PNS ini rajin keliling bersilaturahmi naik sepeda. Sejak dikenalkan jahe merah, beliau mengaku sangat suka dan berniat mengkonsumsi dengan teratur. Suatu hari, pulang dari agen setelah membeli 5 lusin jahe merah untuk di rumah, seperti biasa di jalan bertemu dengan orang yang dia kenal. Beliau tidak menyangka kalau kenalan tersebut berminat dengan jahe merah bahkan memborongnya dan memberikan untung yang lumayan. Hasilnya pak Juhri harus kembali lagi bersepeda ke agen membeli jahe merah lagi, dan pulang mengantongi tambahan rejeki yang tidak disangka-sangka. Sekarang pak Juhri rajin mengenalkan jahe merah ke kenalan-kenalannya, dan kemana-mana selalu ada jahe merah di setang depan sepedanya. Hebatnya, beliau tidak pernah menawarkan sedikitpun.

Pak Asep, 33 tahun, pegawai swasta, bosan katanya minum kopi terus dan tertarik coba jahe merah. Setelah beli 1 lusin, besok paginya beliau memanggil office boy agar pagi ini menyeduhkan jahe merah sebagai pengganti kopi yang biasa disajikan tiap pagi. Tentu aja mas officeboy bertanya produk apa ini, dan kemudian mas officeboy jadi kustomernya yang pertama. Mas officeboy yang memang pekerjaannya muter-muter mencoba menawarkan ke semua bagian, dan alhamdulillah kini mas officeboy kebanjiran order jahe merah, baik beli lusinan, bungkusan, atau diseduh langsung, dan pak Asep tiba-tiba punya panggilan baru sebagai bos jahe di kantornya. Beberapa teman kantornya tertarik untuk memasarkan di sekitar rumahnya, bisnispun tercipta dari suatu kebosanan.

Saya sendiri kalo ke rumah temen pas ditawari mau minum apa, selalu minta air putih hangat, walau kadang dianggap guyon, tapi saya tetep minta air putih hangat plus sendok, terutama kalo sudah malam dan terlebih kalo cuaca di luar dingin. Air putih hangat datang, saya buka jahe merah 1 bungkus, tuang ke air putih hangat, aduk. Kalo temen tersebut belum pernah liat jahe merah pasti nanya, dan bungkus jahe merahnya pasti diminta untuk dibaca. Kata-kata berikutnya seperti "badan saya agak dingin, enak minum ini" atau "pulang kantor saya suka minum ini buat ngilangin capek" selanjutnya "enak, cobain deh", kasih lah 1 bungkus free, ke temen ini gak akan rugi. Kalo ditanya dari mana, jawabannya bisa "itu sodara istri dateng tadi nawarin produk" atau "tadi ambil di koperasi kantor, murah dibanding beli di luaran" atau "kebetulan saya tau agennya jadi bisa dapat lebih murah, sini titip ke saya aja" atau yang lebih mantab kayaknya sih "kebetulan kenal dengan agennya, ini produk baru
keluar, rasanya enak dan banyak peminatnya, kalo kita jual kayaknya gampang laku dan lumayan uangnya, ayo kita kerjasama bisnis buat pasarin produk ini ke kantor saya, kantor kamu, dan sekitar sini".

Masih banyak cerita sejenis yang kami peroleh. Intinya, janganlah jadi sales yang menawarkan tetapi jadilah pengguna yang puas yang memberikan komentar. Hindari kata-kata "ingin menawarkan", tetapi gunakan misalnya "kemarin saya juga masuk angin, sekarang mendingan setelah minum jahe merah".

Jadilah konsultan, bukan sales. Tawarkan solusi, bukan produk.

Produk bagus dibeli orang, tapi produk terbaik dicari orang. Bawalah selalu produk Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar